Hello Bloggers setia.. Saya Michael Agung Sanjaya Siagian (15515003). Sekarang saya sedang duduk di bangku perkuliahan dengan jurusan Teknik Kelautan Institut Teknologi Bandung. Postingan berikut ini adalah bagian dari salah satu mata kuliah teknik kelautan yang sedang saya ambil sekarang yaitu “Bahan Bangunan Laut” dengan dosen yang mengajar ialah Alamsyah Kurniawan.
Untuk postingan kali ini, saya memposting setiap praktikum Bahan Bangunan Laut yang saya lakukan.
Check it out...
Rancangan beton normal yang dilakukan pada praktikum ini menggunakan pedoman ACI 211. Komposisi/jenis beton yang diproduksi biasanya bergantung pada:
1. Sifat mekanis beton yang diinginkan
2. Sifat beton segar yang diinginkan, berhubungan dengan penempatan beton nantinya (workability)
3. Teknik pengendalian/control di lapangan
Dalam perencanaan sebuah beton, hal yang harus ditentukan pertama kali adalah banyaknya bahan yang dibutuhkan dalam membuat beton tersebut berdasarkan standar yang diberikan. cara menentukan bahan-bahan tersebut sesuai dengan metode ACI committe 211. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut
1. Pemilihan Nilai Slump
Jika nilai slump tidak diberikan dapat dipilih dari tabel dibawah ini untuk berbagai jenis pekerjaan konstruksi.
U r a i a n
|
SLUMP [mm)
| |
Maksimum
|
Minimum
| |
1. Dinding, pelat pondasi dan pondasi telapak bertulang
|
80
|
25
|
2. Fondasi telapak tidak ber-tulang, kaison dan konstruksi dibawah tanah
|
80
|
25
|
3. Pelat, balok, kolom dan dinding
|
100
|
25
|
4. Perkerasan jalan
|
80
|
25
|
5. Pembetonan massal
|
50
|
25.
|
Tabel 1.1 Nilai slump yang disarankan untuk berbagai jenis konstruksi
2. Pemilihan Ukuran Maksimum Agregat Kasar
Sebagai pembatasan struktural untuk penulangan dan pemadatan. Dasar pemilihan ukuran adalah sebagai berikut :
1) 1/5 jarak terkecil antara 2 tepi bekisting
2) 1/3 tebal pelat
3) 3/4 jarak bersih selimut beton
4) 2/3 jarak bersih antar tulangan
3. Estimasi Kebutuhan Air Pencampur dan Kandungan Udara
Jumlah air pencampur persatuan volume beton yang dibutuhkan untuk menghasilkan nilai slump tertentu bergantung pada ukuruan maksimum agregat, bentuk serta gradasi agregat dan juga pada jumlah kebutuhan kandungan udara pada campuran. Tabel berikut memperlihatkan infrmasi menganai kebutuhan air pencampur untuk berbagai nilai slump dan ukuran maksimum agregat.
Jenis beton
|
Slump (mm)
|
Air (Kg/m3)
| ||||||
10 mm
|
12,5 mm
|
20 mm
|
25 mm
|
40 mm
|
50 mm
|
75 mm
| ||
Tanpa penambahan udara
|
25 - 50
|
205
|
200
|
185
|
180
|
160
|
155
|
140
|
75 - 100
|
225
|
215
|
200
|
190
|
175
|
170
|
155
| |
150 - 175
|
240
|
230
|
210
|
200
|
185
|
175
|
170
| |
Udara yang tersekap (%)
|
3
|
2,5
|
2
|
1,5
|
1
|
0,5
|
0,3
| |
Dengan penambahan udara
|
25 - 50
|
180
|
175
|
165
|
160
|
150
|
140
|
135
|
75 - 100
|
200
|
190
|
180
|
175
|
170
|
155
|
150
| |
150 - 175
|
215
|
205
|
190
|
180
|
170
|
165
|
160
| |
Udara yang tersekap (%)
|
8
|
7
|
6
|
5
|
4,5
|
4
|
3,5
|
Tabel 1.2 Kebutuhan air pencampuran dan udara untuk berbagai nilai slump dan ukuran maksimum agregat kasar
4. Pemilihan Nilai Perbandingan Air Semen
Hubungan rasio air semen dan kekuatan yang dihasilkan seharusnya dikembangkan berdasarkan material sebenarnya yang digunakan dalam pencampuran. Sebelum menentukan w/c ratio, sebaiknya tetukan terlebih dahulu nilai kuat beton rata-rata denga cara :
Fm = fc’ + 1,64 Sd
Nilai rasio air semen dapat dicari dengan tabeli dibawah ini.
Kuat Tekan Beton Umur 28 Hari (Mpa)
|
Rasio Air Semen (Perbandingan berat)
| |
Tanpa Penambahan Udara
|
Dengan Penambahan Udara
| |
48
|
0,33
|
-
|
40
|
0,41
|
0,32
|
35
|
0,48
|
0,40
|
28
|
0,57
|
0,48
|
20
|
0,68
|
0,59
|
14
|
0,82
|
0,74
|
Tabel 1.3 hubungan rasio air semen dan kuat tekan beton
Kondisi Pengerjaan
|
Standar Deviasi
| |
Lapangan
|
Laboratorium
| |
Sempurna
|
<3
|
<1,5
|
Sangat Baik
|
3 - 3,5
|
1,5 - 1,75
|
Baik
|
3,5 - 4
|
1,75 - 2
|
Cukup Baik
|
4 - 5
|
2 - 2,5
|
Kurang Baik
|
>5
|
>2,5
|
Tabel 1.4 Klasifikasi standar deiviasi
5. Perhitungan Kandungan Semen
Kandungan semen dapat dicari dengan cara :
Berat semen = berat air pencampuran / rasio air semen
6. Estimasi Kandungan Agregat Kasar
Untuk menentukan kandungan agregat kasar, tentukan terlebih dahulu modulus kehalusan agregat halus. Semkain halus pasir dan semakin besar ukuran agregat kasar, semakin banyak volume agregat kasar yang dapat dicampurkan untuk menghasilkan campuran beton dengan kelecakan yang baik.
Ukuran agregat kasar (mm)
|
volume agregat kasar per satuan berat beton
| |||
Modulus Kehalusan
| ||||
2.4
|
2.6
|
2.8
|
3
| |
10
|
0,50
|
0,48
|
0,46
|
0,44
|
12.5
|
0,59
|
0,57
|
0,55
|
0,53
|
20
|
0,66
|
0,64
|
0,62
|
0,60
|
25
|
0,71
|
0,69
|
0,67
|
0,65
|
37.5
|
0,75
|
0,73
|
0,71
|
0,69
|
50
|
0,78
|
0,76
|
0,74
|
0,72
|
75
|
0,82
|
0,80
|
0,78
|
0,76
|
150
|
0,87
|
0,85
|
0,83
|
0,81
|
Tabel 1.5 volume agregat kasar per satuan volume untuk beton dengan slump 75 - 100 mm
Untuk campuran beton dengan nilai slump selain 75-100 mm digunakan tabel dibawah ini sebagai faktor koreksi
Slump (mm)
|
Faktor Koreksi untuk Berbagai Ukuran Maksimum Agregat
| ||||
10 mm
|
12,5 mm
|
20 mm
|
25 mm
|
40 mm
| |
25 - 50
|
1,08
|
1,06
|
1,04
|
1,06
|
1,09
|
75 - 100
|
1,00
|
1,00
|
1,00
|
1,00
|
1,00
|
150 - 175
|
0,97
|
0,98
|
1,00
|
1,00
|
1,00
|
Tabel 1.6 faktor koreksi untuk nilai slump yang berbeda
BAK = MAK x VAK x Fk
MAK = Berat isi agregat kasar
VAK = Volume agregat kasar
Fk = Faktor koreksi
7. Estimasi Kandungan Agregat Halus
Tentukan berat jenis beton segar dengan berpedoman pada ukuran maksimum agregat.
Ukuran Agregat Maksimum (mm)
|
Massa Jenis Beton Segar (Kg/m3)
| |
Tanpa Penambahan Udara
|
Dengan Penambahan Udara
| |
9,5
|
2304
|
2214
|
12,7
|
2334
|
2256
|
19,1
|
2376
|
2304
|
25,4
|
2406
|
2340
|
38,
|
2442
|
2376
|
50,8
|
2472
|
2400
|
762
|
2496
|
2424
|
152,4
|
2538
|
2472
|
Tabel 1.7 estimasi awal untuk berat jenis beton segar
Berat agregat halus dapat ditentukan dengan :
BAH = BBS - AIR - SEMEN - BAK
BAH = berat agregat halus
BBS = Berat beton segar
BAK = Berat agregat kasar
AIR = berat air
SEMEN = Berat semen
8. Koreksi Kandungan Air Pada Agregat
Pada umumnya, kondisi agregat tidak dalam keadaan SSD, sehingga harus ada pengoreksian berat yang ditambahkan dengan kandungan air dalam agregat.
BAK’ = BAK + (BAK x DAYA SERAP AGREGAT KASAR)
BAH’ = BAH + (BAH x DAYA SERAP AGREGAT HALUS)
9. Koreksi Berat Air
Dikarenakn adanya koreksi terhadap agregat maka air pun akan terpengaruh, karena beberapa berat air diserap agreagat.
AIR’ = BBS - BAK’ - BAH’ - SEMEN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar