Sabtu, 22 Oktober 2016

Praktikum 2 - MIX DESIGN

Hello Bloggers setia.. Saya Michael Agung Sanjaya Siagian (15515003). Sekarang saya sedang duduk di bangku perkuliahan dengan jurusan Teknik Kelautan Institut Teknologi Bandung. Postingan berikut ini adalah bagian dari salah satu mata kuliah teknik kelautan yang sedang saya ambil sekarang yaitu “Bahan Bangunan Laut” dengan dosen yang mengajar ialah Alamsyah Kurniawan.

Untuk postingan kali ini, saya memposting setiap praktikum Bahan Bangunan Laut yang saya lakukan.
Check it out...



Rancangan beton normal yang dilakukan pada praktikum ini menggunakan pedoman ACI 211. Komposisi/jenis beton yang diproduksi biasanya bergantung pada:
1. Sifat mekanis beton yang diinginkan
2. Sifat beton segar yang diinginkan, berhubungan dengan penempatan beton nantinya (workability)
3. Teknik pengendalian/control di lapangan

Dalam perencanaan sebuah beton, hal yang harus ditentukan pertama kali adalah banyaknya bahan yang dibutuhkan dalam membuat beton tersebut berdasarkan standar yang diberikan. cara menentukan bahan-bahan tersebut sesuai dengan metode ACI committe 211. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut

1. Pemilihan Nilai Slump
Jika nilai slump tidak diberikan dapat dipilih dari tabel dibawah ini untuk berbagai jenis pekerjaan konstruksi.

U r a i a n
SLUMP [mm)
Maksimum
Minimum
1.      Dinding, pelat pondasi dan pondasi telapak bertulang
80
25
2.      Fondasi telapak tidak ber-tulang, kaison dan konstruksi dibawah tanah
80
25
3.      Pelat, balok, kolom dan dinding
100
25
4.      Perkerasan jalan
80
25
5.      Pembetonan massal
50
25.


Tabel 1.1 Nilai slump yang disarankan untuk berbagai jenis konstruksi

2. Pemilihan Ukuran Maksimum Agregat Kasar
Sebagai pembatasan struktural untuk penulangan dan pemadatan. Dasar pemilihan ukuran adalah sebagai berikut :

1) 1/5 jarak terkecil antara 2 tepi bekisting
2) 1/3 tebal pelat
3) 3/4 jarak bersih selimut beton
4) 2/3 jarak bersih antar tulangan

3. Estimasi Kebutuhan Air Pencampur dan Kandungan Udara
Jumlah air pencampur persatuan volume beton yang dibutuhkan untuk menghasilkan nilai slump tertentu bergantung pada ukuruan maksimum agregat, bentuk serta gradasi agregat dan juga pada jumlah kebutuhan kandungan udara pada campuran. Tabel berikut memperlihatkan infrmasi menganai kebutuhan air pencampur untuk berbagai nilai slump dan ukuran maksimum agregat.


Jenis beton
Slump (mm)
Air (Kg/m3)
10 mm
12,5 mm
20 mm
25 mm
40 mm
50 mm
75 mm
Tanpa penambahan udara
25 - 50
205
200
185
180
160
155
140
75 - 100
225
215
200
190
175
170
155
150 - 175
240
230
210
200
185
175
170
Udara yang tersekap (%)
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0,3
Dengan penambahan udara
25 - 50
180
175
165
160
150
140
135
75 - 100
200
190
180
175
170
155
150
150 - 175
215
205
190
180
170
165
160
Udara yang tersekap (%)
8
7
6
5
4,5
4
3,5

Tabel 1.2 Kebutuhan air pencampuran dan udara untuk berbagai nilai slump dan ukuran maksimum agregat kasar

4. Pemilihan Nilai Perbandingan Air Semen

Hubungan rasio air semen dan kekuatan yang dihasilkan seharusnya dikembangkan berdasarkan material sebenarnya yang digunakan dalam pencampuran. Sebelum menentukan w/c ratio, sebaiknya tetukan terlebih dahulu nilai kuat beton rata-rata denga cara :
Fm = fc’ + 1,64 Sd
Nilai rasio air semen dapat dicari dengan tabeli dibawah ini.
Kuat Tekan Beton Umur 28 Hari (Mpa)
Rasio Air Semen (Perbandingan berat)
Tanpa Penambahan Udara
Dengan Penambahan Udara
48
0,33
-
40
0,41
0,32
35
0,48
0,40
28
0,57
0,48
20
0,68
0,59
14
0,82
0,74


Tabel 1.3 hubungan rasio air semen dan kuat tekan beton

Kondisi Pengerjaan
Standar Deviasi
Lapangan
Laboratorium
Sempurna
<3
<1,5
Sangat Baik
3 - 3,5
1,5 - 1,75
Baik
3,5 - 4
1,75 - 2
Cukup Baik
4 - 5
2 - 2,5
Kurang Baik
>5
>2,5


Tabel 1.4 Klasifikasi standar deiviasi

5. Perhitungan Kandungan Semen
Kandungan semen dapat dicari dengan cara :

Berat semen = berat air pencampuran / rasio air semen

6. Estimasi Kandungan Agregat Kasar
Untuk menentukan kandungan agregat kasar, tentukan terlebih dahulu modulus kehalusan agregat halus. Semkain halus pasir dan semakin besar ukuran agregat kasar, semakin banyak volume agregat kasar yang dapat dicampurkan untuk menghasilkan campuran beton dengan kelecakan yang baik.
Ukuran  agregat kasar (mm)
volume agregat kasar per satuan berat beton
Modulus Kehalusan
2.4
2.6
2.8
3
10
0,50
0,48
0,46
0,44
12.5
0,59
0,57
0,55
0,53
20
0,66
0,64
0,62
0,60
25
0,71
0,69
0,67
0,65
37.5
0,75
0,73
0,71
0,69
50
0,78
0,76
0,74
0,72
75
0,82
0,80
0,78
0,76
150
0,87
0,85
0,83
0,81
Tabel 1.5 volume agregat kasar per satuan volume untuk beton dengan slump 75 - 100 mm

Untuk campuran beton dengan nilai slump selain 75-100 mm digunakan tabel dibawah ini sebagai faktor koreksi
Slump (mm)
Faktor Koreksi untuk Berbagai Ukuran Maksimum Agregat
10 mm
12,5 mm
20 mm
25 mm
40 mm
25 - 50
1,08
1,06
1,04
1,06
1,09
75 - 100
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
150 - 175
0,97
0,98
1,00
1,00
1,00
Tabel 1.6 faktor koreksi untuk nilai slump yang berbeda

BAK = MAK x VAK x Fk
MAK = Berat isi agregat kasar
VAK = Volume agregat kasar
Fk = Faktor koreksi


7. Estimasi Kandungan Agregat Halus
Tentukan berat jenis beton segar dengan berpedoman pada ukuran maksimum agregat.
Ukuran Agregat Maksimum (mm)
Massa Jenis Beton Segar (Kg/m3)
Tanpa Penambahan Udara
Dengan Penambahan Udara
9,5
2304
2214
12,7
2334
2256
19,1
2376
2304
25,4
2406
2340
38,
2442
2376
50,8
2472
2400
762
2496
2424
152,4
2538
2472
Tabel 1.7 estimasi awal untuk berat jenis beton segar

Berat agregat halus dapat ditentukan dengan :
BAH = BBS - AIR - SEMEN - BAK
BAH = berat agregat halus
BBS = Berat beton segar
BAK = Berat agregat kasar
AIR = berat air
SEMEN = Berat semen

8. Koreksi Kandungan Air Pada Agregat
Pada umumnya, kondisi agregat tidak dalam keadaan SSD, sehingga harus ada pengoreksian berat yang ditambahkan dengan kandungan air dalam agregat.

BAK’ = BAK + (BAK x DAYA SERAP AGREGAT KASAR)
BAH’ = BAH + (BAH x DAYA SERAP AGREGAT HALUS)
9. Koreksi Berat Air
Dikarenakn adanya koreksi terhadap agregat maka air pun akan terpengaruh, karena beberapa berat air diserap agreagat.
AIR’ = BBS - BAK’ - BAH’ - SEMEN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar