Senin, 17 Oktober 2016

Praktikum Bahan Bangunan Laut 1

Hello Bloggers setia.. Saya Michael Agung Sanjaya Siagian (15515003). Sekarang saya sedang duduk di bangku perkuliahan dengan jurusan Teknik Kelautan Institut Teknologi Bandung. Postingan berikut ini adalah bagian dari salah satu mata kuliah teknik kelautan yang sedang saya ambil sekarang yaitu “Bahan Bangunan Laut” dengan dosen yang mengajar ialah Alamsyah Kurniawan.

Untuk postingan kali ini, saya memposting setiap praktikum Bahan Bangunan Laut yang saya lakukan.
Check it out...

Praktikan yang melakukan percobaan di dalam laboratorium dalam keadaan safety


Pada hari jumat tepatnya tanggal 30 September 2016, kami melakukan praktikum yang dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Struktur. Untuk Praktikum yang dilakukan adalah uji kelayakan parameter bahan - bahan pembuat beton, yang meliputi :
  • Pemeriksaan Berat Volume Agregat
  • Analisis Saringan Agregat
  • Pemeriksaan Kadar Organik dalam Agregat Halus
  • Pemeriksaan Kadar Lumpur Dalam Agregat Halus
  • Pemeriksaan Kadar Air Agregat
  • Berat Jenis dan Penyerapan Agregat
1. Pemeriksaan Berat Volume Agregat
Tujuan Percobaan
Praktikum ini bertujuan untuk menghitung berat volume agregat halus, kasar, atau campuran yang digunakan untuk menentukan proporsi (Perbandingan) agregat yang akan digunakan dalam campuran yaitu perbandingan antara berat material kering dengan volumenya.
Alat dan Bahan
Alat
  1. Timbangan dengan ketelitian 0,1% berat contoh
  2. Talam kapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat
  3. Tongkat pemadat diameter 15 mm, panjang 60 cm yang ujungnya bulat, terbuat dari baja tahan karat
  4. Mistar perata
  5. Sekop
  6. Wadah baja yang cukup kaku berbentuk silinder dengan alat pemegang berkapasitas berikut :
Tabel Spesifikasi Wadah Baja yang Digunakan dalam Praktikum
Kapasitas
Diameter
Tinggi
Tebal Wadah
Ukuran Butir Maksimum Agregat
(mm)
Dasar
Sisi
2,832
152,4±2,5
154,9±2,5
5,08
2,54
12,70
9,345
203,2±2,5
292,1±2,5
5,08
2,54
25,40
14,158
254,0±2,5
279,4±2,5
5,08
3,00
38,10
28,316
355,6±2,5
284,4±2,5
5,08
3,00
101,60

Bahan

Bahan yang digunakan adalah agregat kasar dan agregat halus dalam kondisi kering.

Prosedur Pemeriksaan
  • Agregat dimasukkan ke dalam talam sekurang - kurangnya sebanyak kapasitas wadah yang sesuai dengan tabel diatas.
  • Kemudian agregat dikeringkan di dalam oven pada suhu (110 ± 5) derajat Celcius sampai berat agregat di dalam talam tidak berubah lagi atau dianggap sebagai kadar air yang terkandung dalam agregat sudah menguap.
a.  Berat Isi Lepas
  • Timbang dan catatlah berat wadah (W1).
  • Masukkan benda uji dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan dengan menggunakan sendok atau sekop sampai penuh.
  • Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
  • Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji (W2).
  • Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 – W1).
b.  Berat isi agregat ukuran butir maksimum 38,1 mm (1,5”) dengan cara penusukan
  • Timbang dan catat berat wadah (W1).
  • Isilah wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal. Setiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat yang ditusukkan sebanyak 25 kali secara merata.
  • Ratakan permukaan dengan menggunakan mistar perata.
  • Timbang dan catatlah berat benda wadah beserta benda uji (W2)
  • Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 - W1).
Hasil Percobaan
Berat isi agregat = (kg/m3) ; V = isi wadah (m3)

Tabel Hasil Pemeriksaan Berat Volume Agregat Halus
Observasi 1 (Kelompok A)

Padat
Gembur
A.Volume wadah
2,781 liter
2,781 liter
B.Berat wadah
2,676 kg
2,676 kg
C.Berat wadah + benda uji
7,052 kg
6,679 kg
D.Berat benda uji (C - B)
4,349 kg
4,003 kg
Berat Volume
1,5638 kg/l
1,4394 kg/l
Observasi 2 (Kelompok B)

Padat
Gembur
A.Volume wadah
2,781 liter
2,781 liter
B.Berat wadah
2,676 kg
2,676 kg
C.Berat wadah + benda uji
7,068 kg
6,724 kg
D.Berat benda uji (C – B)
4,392 kg
4,048 kg
Berat Volume
1,52 kg/l
1,46 kg/l
Observasi 3 (Kelompok C)

Padat
Gembur
A.Volume wadah
2,781 liter
2,781 liter
B.Berat wadah
2,676 kg
2,676 kg
C.Berat wadah + benda uji
7,029 kg
6,803 kg
D.Berat benda uji (C – B)
4,252 kg
4,127 kg
Berat Volume
1,5652 kg/l
1,4839 kg/l
Berat Volume Rata - Rata
1,569 kg/l
1,4611 kg/l

Tabel Hasil Pemeriksaan Berat Volume Agregat Kasar
Observasi 1 (Kelompok A)

Padat
Gembur
A.Volume wadah
2,781 liter
2,781 liter
B.Berat wadah
2,676 kg
2,676 kg
C.Berat wadah + benda uji
6,690 kg
6,269 kg
D.Berat benda uji (C - B)
4,014 kg
3,593 kg
Berat Volume
1,443 kg/l
1,292 kg/l
Observasi 2 (Kelompok B)

Padat
Gembur
A.Volume wadah
2,781 liter
2,781 liter
B.Berat wadah
2,676 kg
2,676 kg
C.Berat wadah + benda uji
6,759 kg
6,262 kg
D.Berat benda uji (C – B)
4,083 kg
3,586 kg
Berat Volume
1,47 kg/l
1,289 kg/l
Observasi 3 (Kelompok C)

Padat
Gembur
A.Volume wadah
2,781 liter
2,781 liter
B.Berat wadah
2,676 kg
2,676 kg
C.Berat wadah + benda uji
6,587 kg
6,274 kg
D.Berat benda uji (C – B)
3,911 kg
3,598 kg
Berat Volume
1,406 kg/l
1,294 kg/l
Berat Volume Rata - Rata
1,4396 kg/l
1,289 kg/l
Analisis
Pada percobaan tersebut, didapatkan berat volume agregat kasar pada kondisi gembur adalah 1,298 kg/l. Sedangkan, berat volume agregat kasar pada kondisi padat adalah 1,4396 kg/l. selain itu, didapatkan berat volume agregat halus pada kondisi gembur adalah 1,4611 kg/l. Sedangkan, berat volume agregat halus pada kondisi padat adalah 1,569 kg/l.
Dari data percobaan diatas didapatkan bahwa berat volume padat baik pada agregat kasar maupun agregat halus lebih berat daripada berat volume gembur. Hal ini terjadi karena perlakuan yang berbeda pada kedua percobaan tersebut yaitu dipadatkan dan tidak dipadatkan. Pada saat agregat dipadatkan maka rongga udara di sela-sela terisi sehingga rongga udara pada kondisi padat lebih sedikit daripada saat kondisi gembur.



 2.  Analisis Saringan Agregat Halus dan Agregat Kasar
            Tujuan Percobaan

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat. Data perencanaan distribusi pada agregat diperlukan dalam perencanaan adukan beton. Pelaksanaan penentuan gradasi ini dilakukan pada agregat halus dan agregat kasar.

            Alat dan Bahan

      Alat
a)      Timbangan dan neraca ketelitian 0,2% dari berat benda uji.
b)      Seperangkat saringan dengan ukuran:

Tabel 3.1.Spesifikasi Saringan Agregat Halus
Nomor Saringan
Ukuran Lubang
Keterangan
Mm
Inci
-
9,5
3/8
Perangkat saringan untuk agregat halus

Berat minimum contoh:
500 gr
No. 4
4,75
-
No. 6
2,36
-
No. 16
1,18
-
No. 30
0,60
-
No. 50
0,003
-
No. 100
0,150
-
No. 200
0,075
-

c)      Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk pemanasan sampai (110 ± 5)°C
d)     Alat pemisah contoh (sample spliter)
e)      Mesin penggetar saringan
f)       Talam-talam
g)      Kuas, sikat kawat, sendok, dan alat-alat lainnya


Bahan

Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau dengan cara penempatan. Berat dari contoh disesuaikan dengan ukuran maksimum diameter agregat kasar yang digunakan pada tabel perangkat saringan.

             Prosedur Pemeriksaan

Gambar 3.1.Agregat Kasar dan Agregat Halus
·         Keringkan agregat sample test dengan berat yang telah ditentukan pada temperature (110 ± 5)0C, kemudian dinginkan pada temperature ruangan
·         Timbang kembali berat sample agregat yang digunakan

Gambar 3.2. Menimbang Agregat Kasar dan Agregat halus
·       Persiapkan saringan yang akan digunakan

Gambar 3.3. Saringan yang dipakai
·           Setelah saringan disusun, letakkan sample agregat di atas saringan
 
Gambar 3.4. Memasukkan agregat kasar dan halus ke dalam saringan

·           Goyangkan saringan dengan tangan / mesin

Gambar 3.5. Goyang saringan dengan tangan

·            Hitung berat agregat pada masing-masing nomor saringan
·      Total berat agregat setelah dilakukan saringan dibandingkan dengan berat semula.Jika perbedaannya lebih dari 0.3 % dari berat semula sample agregat, hasilnya tidak dapat digunakan


            Analisis dan data

Tabel Analisis Saringan Agregat Halus
ASTM C 136-84a
Ukuran Saringan (mm)
Berat Tertahan (gram)
Persentase Tertahan
(%)
Persentase Tertahan Kumulatif
(%)
Persentase Lolos Kumulatif
(%)
SPEC ASTM C33-90
9.5
0
0
0
100
100
4.75
0
0
0
100
95-100
2.36
54
10.8
10.8
89.2
80-100
1.18
159
31.5
42.6
57.4
50-85
0.6
167
33.4
76
24
25-60
0.3
74
14.8
90.8
9.2
10-30
0.15
38
7.6
98.4
1.6
2-10
0.075
7
1.4
99.8
0.2
PAN
1
0.2
100
0
Modulus Kehalusan: 4.184

Modulus kehalusan =  4.184
Tabel Analisis Saringan Agregat Kasar
ASTM C 136-84a

Ukuran Saringan (mm)
Berat Tertahan (gr)
Persentase Tertahan
(%)
Persentase Tertahan Kumulatif
(%)
Persentase Lolos Kumulatif
(%)
SPEC ASTM C33-90
25
0
0
0
100
100
19
229
11.45
11.45
88.5
90-100
9.5
1552
77.6
89.05
10.95
20-55
4.75
180
9
98.05
1.95
0-10
2.38
35
1.75
99.8
0.2
0-5
0.6
0.3
0.15
99.95
0.05


PAN
1
0.05
100
0

Modulus kehalusan : 2.98

Modulus kehalusan : 2.98




3.  Dalam praktikum ini dilakukan pemeriksaan kadar organic pada agregat halus.

Tujuan Percobaan
·         Menentukan kadar organic yang terkandung dalam agregat halus.
·         Menentukan kandungan bahan organic yang melebihi batas yang diijinkan dalam agregat halus dapat mempengaruhi mutu beton yang direncanakan.

Alat dan Bahan Percobaan
1.       Alat
a.       Botol gelas tembus pandang dengan penutup karet atau gabus atau bahan penutup lainnya yang tidak bereaksi terhadap NaOH. Volume gelas = 350 ml
b.      Standar warna (organic plate)
c.       Larutan NaOH (350)
2.      Bahan
a.       Pasir dengan volume 115 ml (1/3 volume botol)

Prosedur Kerja
Prosedur pemeriksaan kadar organic dalam agregat halus:
  • Masukkan 115ml pasir ke dalam botol tembus pandang (kurang lebih 1/3 isi botol)
  • Tambahkan larutan NaOH 3%. Setelah dikocok, isinya harus mencapai kira-kira ¾ volume botol
  • Tutup botol gelas tersebut dan kocok hingga lumpur menempel pada agregat nampak terpisah dan biarkan selama 24 jam agar lumpur tersebut mengendap
  • Setelah 24 jam, bandingkan warna cairan yang terlihat dengan standar warna No. 3 pada organic plate (bandingkan apakah lebih tua atau lebih muda)

Catatan: apabila warna tidak sesuai dengan warna standar No. 3, maka tidak dapat dipakai.





4. Pemeriksaan Kadar Lumpur dalam Agregat Halus

Tujuan Percobaan
Penentuan besar kadar lumpur dalam agregat halus yang nantinya akan digunakan sebagai campuran beton. Presentase kandungan lumpur <5% merupakan ketentuan bagi penggunaan agregat halus untuk beton.

Alat dan Bahan
Alat
  • Gelas ukur.
  • Alat Pengaduk

Bahan
Contoh pasir secukupna dalam kondisi lapangan dengan bahan pelarut biasa.

Proses Percobaan
1.      Contoh benda uji dimasukkan ke dalam gelas ukur.
2.      Tambahkan air pada gelas ukur (melarutkan lumpur).
3.      Gelas dikocok untuk mencuci agregat halus dari lumpur.
4.      Simpan gelas pada permukaan yang datar selama 24 jam (biarkan mengendap)
5.      Ukur tinggi pasir dan tinggi lumpur.


Gambar di atas merupakan gelas yang berisi bahan uji yang dibiarkan mengendap selama 24 jam


Hasil Pengamatan
Rumus Kadar lumpur adalah sebagai berikut:
Di mana : v1 merupakan volume pasir
           v2 merupakan volume lumpur
Data yang didapat: v1 =139 mL, v2 =19 mL
Kadar Lumpur bahan uji : 12,025%

Analisis Data
Dari percobaan yang telah dilakukan, didapat kadar lumpur 12,025% . Ini melebihi batas yang ditentukan untuk menjadi bahan beton (< 5% adalah batas kadar lumpur pada agregat halus yang baik).

5. Pemeriksaan Kadar Air Agregat

Tujuan Percobaan
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan besarnya kadar air yang terkandung dalam agregat dengan cara pengeringan. Kadar air agregat yaitu perbandingan antara berat agregat dalam kondisi kering terhadap berat semula yang dinyatakan dalam persen. Nilai kadar air ini digunakan untuk koreksi takaran air untuk adukan beton yang disesuaikan dengan kondisi agregat di lapangan.

Alat dan Bahan
Alat
·         Timbangan dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh.
·         Oven yang suhunya dapat diatur sampai (110±5)˚C
·         Talam logam tahan karat berkapasitas cukup besar bagi tempat pengeringan benda uji.
Bahan
Berat minimum contoh agregat dengan diameter maksimum 5 mm adalah 0,5 kg.

Proses Percobaan
·         Talam ditimbang dan dicatat beratnya (W1)
·         Benda uji dimasukkan ke dalam talam, kemudian berat talam + benda uji ditimbang dan dicatat beratnya (W2)
·         Berat benda uji dihitung dengan persamaan W3 = W2 - W1
·         Contoh benda uji dikeringkan bersama talam dalam oven pada suhu (110±5)˚C hingga beratnya tetap
·         Setelah kering contoh ditimbang dan dicatat berat benda uji beserta talam (W4)
6.      Berat benda uji kering dihitung dengan persamaan W5 = W4 – W1

Gambar: uji SSD agregat halus
Gambar : pengondisian SSD agregat kasar
 
Gambar : agregat halus dan agregat kasar yang diuji kadar airnya

Tabel 1 Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus
Observasi I
A. Berat wadah
160 gram
B. Berat wadah + benda uji
1643 gram
C. Berat benda uji (B-A)
1475 gram
D. Berat benda uji
1315 gram
Kadar air
12,167 %
Observasi II
A. Berat wadah
148 gram
B. Berat wadah + benda uji
1280 gram
C. Berat benda uji (B-A)
1132 gram
D. Berat benda uji
1020 gram
Kadar air
10,98 %
Kadar air rata-rata
11,5735%



Tabel 2 Pemeriksaan Kadar Air Agregat Kasar
Observasi I
A. Berat wadah
149 gram
B. Berat wadah + benda uji
2267 gram
C. Berat benda uji (B-A)
2118 gram
D. Berat benda uji
1972 gram
Kadar air
7,40%
Observasi II
A. Berat wadah
161 gram
B. Berat wadah + benda uji
1242 gram
C. Berat benda uji (B-A)
1081 gram
D. Berat benda uji
1019 gram
Kadar air
6,08%
Kadar air rata-rata
6,74%

Analisis Data
Dari percobaan yang telah dilakukan, didapat bahwa kadar air agregat halus yaitu sebesar 11,5735% sedangkan kadar air agregat kasar yaitu sebesar 6,74%. Dari data tersebut didapatkan bahwa kadar air agregat halus lebih tinggi daripada kadar air agregat kasar. Hal ini dapat disebabkan karena kadar air awal agregat. Kedua agregat (baik agregat halus maupun kasar) yang dipakai dalam pengujian ini berada dalam kondisi SSD (saturated surface dry). Kemungkinan agregat kasar yang permukaannya dikeringkan secara manual lebih kering daripada agregat halus yang perkiraan kondisi SSD-nya menggunakan metode kerucut. Karena hal tersebut, kadar air awal agregat halus sudah lebih besar daripada kadar air awal agregat kasar.

6. Berat Jenis dan Penyerapan Agregat

l  Agregat Halus
Referensi
·         ASTM C128 – Specific Gravity and Absorption of Fine Aggregate
·         SNI 03 – 1970 – 1990 – Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus

Tujuan
Untuk menentukan nilai specific gravity & penyerapan agregat halus yang nilainya dapat mencari nilai bulk specific gravity, bulk specific gravity SSD, atau apparent specific gravity.

Alat
·         Timbangan dengan ketelitian 0.1  gram atau kurang yang mempunyai kapasitas minimum sebesar 1000 gram atau lebih
·         Piknometer dengan kapasitas 500 gram
·         Cetakan kerucut pasir
·         Tongkat pemadat dari logam untuk cetakan kerucut pasir

Benda Uji
Berat contoh agregat halus disiapkan sebanyak 1000 gram. Contoh diperoleh dari bahann yang diproses melalui alat pemisah atau perempatan

Prosedur
·         Agregat halus yang jenuh air dikeringkan sampai diperoleh kondisi kering dengan indikasi contoh tercurah dengan baik.
·         Sebagian dari contoh dimasukkan ke dalam cetakan kerucut pasir (metal sand cone mold). Benda uji lalu dipadatkan dengan tongkat pemadat (tamper) dengan jumlah tumbukan sebanyak 25 kali setiap satu dari tiga bagian yang terisi. Kondisi SSD diperoleh ketika butir-butir pasir longsor/runtuh ketika cetakan tersebut diangkat.
·         Contoh agregat halus sebesar 500 gram dimasukkan ke dalam piknometer. Kemudian piknometer diisi dengan air sampai 90% penuh. Bebaskan gelembung-gelembung udara dengan cara menggoyang- goyangkan piknometer. Rendamlah piknometer dengan suhu air 73,43o F selama 24 jam. Timbang berat piknometer yang berisi contoh dengan air.
·         Pisahkan benda uji dari piknometer dan keringkan pada suhu 213,13o F. Langkah ini harus diselesaikan dalam waktu 24 jam.
·         Timbanglah berat piknometer yang berisi air sesuai dengan kapasitas kalibrasi pada temperatur 73,43o F dengan ketelitian 0,1 gram.

Hasil Pengamatan


l  Agregat Kasar

Referensi
·         ASTM C128 – Specific Gravity and Absorption of Fine Aggregate
·         SNI 03 – 1969 – 1990 – Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar

Tujuan
Untuk menentukan nilai specific gravity & penyerapan agregat kasar yang nilainya dapat mencari nilai bulk specific gravity, bulk specific gravity SSD, atau apparent specific gravity.

Alat
·         Timbangan dengan ketelitian 0.5 gram yang mempunyai kapasitas 5 kg
·         Keranjang besi diameter 203.2 mm (8”) dan tinggi 63.5 mm (2.5”)
·         Alat penggantung keranjang
·         Handuk atau kain pel

Benda Uji
Sebelas liter (sekitar 3 kg) agregat dalam keadaan SSD, yang didapat dari cara pengambilan sample dengan alat pemisah atau cara perempatan. Untuk agregat lewat saringan No 4 tidak diperkenankan sebagai benda uji.

Prosedur
·         Benda uji direndam selama 24 jam.
·         Benda uji digulung dengan handuk, sehingga air permukaan habis, tetapi harus masih tampak lembab (kondisi SSD) , kemudian timbang benda uji.
·         Benda uji dimasukkan kedalam keranjang dan rendam kembali kedalam air. Temperatur air (73,4± 3) 0F dan kemudian timbang kembali. Sebelum menimbang, conatainer diisi dengan benda uji, lalu digoyang – goyangkan didalam air untuk melepaskan udara yang terperangkap.
·         Keringkan benda uji pada temperatur (212 ± 130) 0F, kemudian didinginkan dan ditimbang.

Hasil Pengamatan


 
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar