Hello Bloggers setia.. Saya Michael Agung Sanjaya Siagian (15515003). Sekarang saya sedang duduk di bangku perkuliahan dengan jurusan Teknik Kelautan Institut Teknologi Bandung. Postingan berikut ini adalah bagian dari salah satu mata kuliah teknik kelautan yang sedang saya ambil sekarang yaitu “Bahan Bangunan Laut” dengan dosen yang mengajar ialah Alamsyah Kurniawan.
Untuk postingan kali ini, saya memposting setiap praktikum Bahan Bangunan Laut yang saya lakukan.
Check it out...
Praktikan yang melakukan percobaan di dalam laboratorium dalam keadaan safety |
Pada hari jumat tepatnya
tanggal 30 September 2016, kami melakukan praktikum yang dilaksanakan di
Laboratorium Rekayasa Struktur. Untuk Praktikum yang dilakukan adalah uji
kelayakan parameter bahan - bahan pembuat beton, yang meliputi :
- Pemeriksaan Berat Volume Agregat
- Analisis Saringan Agregat
- Pemeriksaan Kadar Organik dalam Agregat Halus
- Pemeriksaan Kadar Lumpur Dalam Agregat Halus
- Pemeriksaan Kadar Air Agregat
- Berat Jenis dan Penyerapan Agregat
1. Pemeriksaan Berat Volume Agregat
Tujuan Percobaan
Praktikum ini bertujuan
untuk menghitung berat volume agregat halus, kasar, atau campuran yang
digunakan untuk menentukan proporsi (Perbandingan) agregat yang akan digunakan
dalam campuran yaitu perbandingan antara berat material kering dengan
volumenya.
Alat dan Bahan
Alat
- Timbangan dengan ketelitian 0,1% berat contoh
- Talam kapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh
agregat
- Tongkat pemadat diameter 15 mm, panjang 60 cm yang
ujungnya bulat, terbuat dari baja tahan karat
- Mistar perata
- Sekop
- Wadah baja yang cukup kaku berbentuk silinder dengan
alat pemegang berkapasitas berikut :
Tabel Spesifikasi Wadah
Baja yang Digunakan dalam Praktikum
Kapasitas
|
Diameter
|
Tinggi
|
Tebal
Wadah
|
Ukuran
Butir Maksimum Agregat
(mm)
|
|
Dasar
|
Sisi
|
||||
2,832
|
152,4±2,5
|
154,9±2,5
|
5,08
|
2,54
|
12,70
|
9,345
|
203,2±2,5
|
292,1±2,5
|
5,08
|
2,54
|
25,40
|
14,158
|
254,0±2,5
|
279,4±2,5
|
5,08
|
3,00
|
38,10
|
28,316
|
355,6±2,5
|
284,4±2,5
|
5,08
|
3,00
|
101,60
|
Bahan
Bahan yang digunakan
adalah agregat kasar dan agregat halus dalam kondisi kering.
Prosedur Pemeriksaan
- Agregat dimasukkan ke dalam talam sekurang - kurangnya
sebanyak kapasitas wadah yang sesuai dengan tabel diatas.
- Kemudian agregat dikeringkan di dalam oven pada suhu
(110 ± 5) derajat Celcius sampai berat agregat di dalam talam tidak
berubah lagi atau dianggap sebagai kadar air yang terkandung dalam agregat
sudah menguap.
a. Berat Isi Lepas
- Timbang dan catatlah berat wadah (W1).
- Masukkan benda uji dengan hati-hati agar tidak terjadi
pemisahan dengan menggunakan sendok atau sekop sampai penuh.
- Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar
perata.
- Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji (W2).
- Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 – W1).
b. Berat isi
agregat ukuran butir maksimum 38,1 mm (1,5”) dengan cara penusukan
- Timbang dan catat berat wadah (W1).
- Isilah wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang
sama tebal. Setiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat yang ditusukkan
sebanyak 25 kali secara merata.
- Ratakan permukaan dengan menggunakan mistar perata.
- Timbang dan catatlah berat benda wadah beserta benda
uji (W2)
- Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 - W1).
Hasil Percobaan
Berat isi agregat =
(kg/m3) ; V = isi wadah (m3)
Tabel Hasil Pemeriksaan
Berat Volume Agregat Halus
Observasi
1 (Kelompok A)
|
||
|
Padat
|
Gembur
|
A.Volume
wadah
|
2,781 liter
|
2,781 liter
|
B.Berat
wadah
|
2,676 kg
|
2,676 kg
|
C.Berat
wadah + benda uji
|
7,052 kg
|
6,679 kg
|
D.Berat
benda uji (C - B)
|
4,349 kg
|
4,003 kg
|
Berat
Volume
|
1,5638 kg/l
|
1,4394 kg/l
|
Observasi
2 (Kelompok B)
|
||
|
Padat
|
Gembur
|
A.Volume
wadah
|
2,781 liter
|
2,781 liter
|
B.Berat
wadah
|
2,676 kg
|
2,676 kg
|
C.Berat
wadah + benda uji
|
7,068 kg
|
6,724 kg
|
D.Berat
benda uji (C – B)
|
4,392 kg
|
4,048 kg
|
Berat
Volume
|
1,52 kg/l
|
1,46 kg/l
|
Observasi
3 (Kelompok C)
|
||
|
Padat
|
Gembur
|
A.Volume
wadah
|
2,781 liter
|
2,781 liter
|
B.Berat
wadah
|
2,676 kg
|
2,676 kg
|
C.Berat
wadah + benda uji
|
7,029 kg
|
6,803 kg
|
D.Berat
benda uji (C – B)
|
4,252 kg
|
4,127 kg
|
Berat
Volume
|
1,5652 kg/l
|
1,4839 kg/l
|
Berat
Volume Rata - Rata
|
1,569 kg/l
|
1,4611 kg/l
|
Tabel Hasil Pemeriksaan
Berat Volume Agregat Kasar
Observasi 1 (Kelompok A)
|
||
|
Padat
|
Gembur
|
A.Volume wadah
|
2,781
liter
|
2,781
liter
|
B.Berat wadah
|
2,676
kg
|
2,676
kg
|
C.Berat wadah + benda uji
|
6,690
kg
|
6,269
kg
|
D.Berat benda uji (C - B)
|
4,014
kg
|
3,593
kg
|
Berat Volume
|
1,443
kg/l
|
1,292
kg/l
|
Observasi 2 (Kelompok B)
|
||
|
Padat
|
Gembur
|
A.Volume wadah
|
2,781
liter
|
2,781
liter
|
B.Berat wadah
|
2,676
kg
|
2,676
kg
|
C.Berat wadah + benda uji
|
6,759
kg
|
6,262
kg
|
D.Berat benda uji (C – B)
|
4,083
kg
|
3,586
kg
|
Berat Volume
|
1,47
kg/l
|
1,289
kg/l
|
Observasi 3 (Kelompok C)
|
||
|
Padat
|
Gembur
|
A.Volume wadah
|
2,781
liter
|
2,781
liter
|
B.Berat wadah
|
2,676
kg
|
2,676
kg
|
C.Berat wadah + benda uji
|
6,587
kg
|
6,274
kg
|
D.Berat benda uji (C – B)
|
3,911
kg
|
3,598
kg
|
Berat Volume
|
1,406
kg/l
|
1,294
kg/l
|
Berat Volume Rata - Rata
|
1,4396
kg/l
|
1,289
kg/l
|
Analisis
Pada percobaan tersebut,
didapatkan berat volume agregat kasar pada kondisi gembur adalah 1,298 kg/l.
Sedangkan, berat volume agregat kasar pada kondisi padat adalah 1,4396
kg/l. selain itu, didapatkan berat volume agregat halus pada kondisi gembur
adalah 1,4611 kg/l. Sedangkan, berat volume agregat halus pada kondisi
padat adalah 1,569 kg/l.
Dari data percobaan
diatas didapatkan bahwa berat volume padat baik pada agregat kasar maupun
agregat halus lebih berat daripada berat volume gembur. Hal ini terjadi karena
perlakuan yang berbeda pada kedua percobaan tersebut yaitu dipadatkan dan tidak
dipadatkan. Pada saat agregat dipadatkan maka rongga udara di sela-sela terisi
sehingga rongga udara pada kondisi padat lebih sedikit daripada saat kondisi
gembur.
2. Analisis
Saringan Agregat Halus
dan Agregat Kasar
Tujuan Percobaan
Pemeriksaan ini
dimaksudkan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat. Data
perencanaan distribusi pada agregat diperlukan dalam perencanaan adukan beton.
Pelaksanaan penentuan gradasi ini dilakukan pada agregat halus dan agregat
kasar.
Alat dan Bahan
Alat
a)
Timbangan dan neraca ketelitian 0,2% dari berat benda uji.
b)
Seperangkat saringan dengan ukuran:
Tabel 3.1.Spesifikasi
Saringan Agregat Halus
Nomor
Saringan
|
Ukuran Lubang
|
Keterangan
|
|
Mm
|
Inci
|
||
-
|
9,5
|
3/8
|
Perangkat
saringan untuk agregat halus
Berat minimum
contoh:
500 gr
|
No. 4
|
4,75
|
-
|
|
No. 6
|
2,36
|
-
|
|
No. 16
|
1,18
|
-
|
|
No. 30
|
0,60
|
-
|
|
No. 50
|
0,003
|
-
|
|
No. 100
|
0,150
|
-
|
|
No. 200
|
0,075
|
-
|
c)
Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk pemanasan sampai (110 ± 5)°C
d)
Alat pemisah contoh (sample spliter)
e)
Mesin penggetar saringan
f)
Talam-talam
g)
Kuas, sikat kawat, sendok, dan alat-alat lainnya
Bahan
Benda uji
diperoleh dari alat pemisah contoh atau dengan cara penempatan. Berat dari
contoh disesuaikan dengan ukuran maksimum diameter agregat kasar yang digunakan
pada tabel perangkat saringan.
Prosedur
Pemeriksaan
Gambar 3.1.Agregat Kasar dan Agregat
Halus
· Keringkan agregat sample test dengan
berat yang telah ditentukan pada temperature (110 ± 5)0C, kemudian dinginkan
pada temperature ruangan
·
Timbang
kembali berat sample agregat yang digunakan
Gambar
3.2. Menimbang Agregat Kasar dan Agregat halus
|
· Persiapkan
saringan yang akan digunakan
Gambar 3.3. Saringan yang dipakai |
· Setelah
saringan disusun, letakkan sample agregat di atas saringan
Gambar 3.4. Memasukkan agregat kasar dan halus ke dalam
saringan
· Goyangkan
saringan dengan tangan / mesin
Gambar 3.5. Goyang saringan dengan tangan |
· Hitung
berat agregat pada masing-masing nomor saringan
· Total
berat agregat setelah dilakukan saringan dibandingkan dengan berat semula.Jika
perbedaannya lebih dari 0.3 % dari berat semula sample agregat, hasilnya tidak
dapat digunakan
Analisis dan data
Tabel Analisis Saringan Agregat
Halus
ASTM C 136-84a
Ukuran
Saringan (mm)
|
Berat
Tertahan (gram)
|
Persentase
Tertahan
(%)
|
Persentase
Tertahan Kumulatif
(%)
|
Persentase
Lolos Kumulatif
(%)
|
SPEC ASTM
C33-90
|
|
9.5
|
0
|
0
|
0
|
100
|
100
|
|
4.75
|
0
|
0
|
0
|
100
|
95-100
|
|
2.36
|
54
|
10.8
|
10.8
|
89.2
|
80-100
|
|
1.18
|
159
|
31.5
|
42.6
|
57.4
|
50-85
|
|
0.6
|
167
|
33.4
|
76
|
24
|
25-60
|
|
0.3
|
74
|
14.8
|
90.8
|
9.2
|
10-30
|
|
0.15
|
38
|
7.6
|
98.4
|
1.6
|
2-10
|
|
0.075
|
7
|
1.4
|
99.8
|
0.2
|
||
PAN
|
1
|
0.2
|
100
|
0
|
||
Modulus
Kehalusan: 4.184
|
Modulus
kehalusan = 4.184
Tabel Analisis Saringan Agregat
Kasar
ASTM C 136-84a
Ukuran
Saringan (mm)
|
Berat
Tertahan (gr)
|
Persentase
Tertahan
(%)
|
Persentase
Tertahan Kumulatif
(%)
|
Persentase
Lolos Kumulatif
(%)
|
SPEC ASTM
C33-90
|
|
25
|
0
|
0
|
0
|
100
|
100
|
|
19
|
229
|
11.45
|
11.45
|
88.5
|
90-100
|
|
9.5
|
1552
|
77.6
|
89.05
|
10.95
|
20-55
|
|
4.75
|
180
|
9
|
98.05
|
1.95
|
0-10
|
|
2.38
|
35
|
1.75
|
99.8
|
0.2
|
0-5
|
|
0.6
|
0.3
|
0.15
|
99.95
|
0.05
|
|
|
PAN
|
1
|
0.05
|
100
|
0
|
|
|
Modulus
kehalusan : 2.98
|
Modulus
kehalusan : 2.98
3. Dalam praktikum
ini dilakukan pemeriksaan kadar organic pada agregat halus.
Tujuan
Percobaan
·
Menentukan kadar organic yang terkandung
dalam agregat halus.
·
Menentukan kandungan bahan organic yang
melebihi batas yang diijinkan dalam agregat halus dapat mempengaruhi mutu beton
yang direncanakan.
Alat dan
Bahan Percobaan
1. Alat
a. Botol gelas tembus pandang dengan
penutup karet atau gabus atau bahan penutup lainnya yang tidak bereaksi
terhadap NaOH. Volume gelas = 350 ml
b. Standar warna (organic plate)
c. Larutan NaOH (350)
2. Bahan
a. Pasir dengan volume 115 ml (1/3
volume botol)
Prosedur Kerja
Prosedur pemeriksaan kadar organic dalam agregat
halus:
- Masukkan 115ml pasir ke dalam botol tembus pandang (kurang lebih 1/3 isi botol)
- Tambahkan larutan NaOH 3%. Setelah dikocok, isinya harus mencapai kira-kira ¾ volume botol
- Tutup botol gelas tersebut dan kocok hingga lumpur menempel pada agregat nampak terpisah dan biarkan selama 24 jam agar lumpur tersebut mengendap
- Setelah 24 jam, bandingkan warna cairan yang terlihat dengan standar warna No. 3 pada organic plate (bandingkan apakah lebih tua atau lebih muda)
Catatan: apabila warna
tidak sesuai dengan warna standar No. 3, maka tidak dapat dipakai.
4. Pemeriksaan Kadar Lumpur dalam
Agregat Halus
Tujuan Percobaan
Penentuan besar kadar lumpur dalam agregat halus
yang nantinya akan digunakan sebagai campuran beton. Presentase kandungan
lumpur <5% merupakan ketentuan bagi penggunaan agregat halus untuk beton.
Alat dan Bahan
Alat
- Gelas ukur.
- Alat Pengaduk
Bahan
Contoh pasir secukupna dalam kondisi lapangan dengan
bahan pelarut biasa.
Proses Percobaan
1. Contoh
benda uji dimasukkan ke dalam gelas ukur.
2. Tambahkan
air pada gelas ukur (melarutkan lumpur).
3. Gelas
dikocok untuk mencuci agregat halus dari lumpur.
4. Simpan
gelas pada permukaan yang datar selama 24 jam (biarkan mengendap)
5. Ukur
tinggi pasir dan tinggi lumpur.
Gambar di atas merupakan gelas yang berisi bahan uji yang dibiarkan mengendap selama 24 jam |
Hasil Pengamatan
Rumus Kadar lumpur adalah sebagai berikut:
Di mana : v1 merupakan
volume pasir
v2 merupakan volume lumpur
Data yang didapat: v1
=139 mL, v2 =19 mL
Kadar Lumpur bahan uji
: 12,025%
Analisis Data
Dari percobaan yang telah dilakukan, didapat kadar
lumpur 12,025% . Ini melebihi batas yang ditentukan untuk menjadi bahan beton
(< 5% adalah batas kadar lumpur pada agregat halus yang baik).
5. Pemeriksaan Kadar Air Agregat
Tujuan Percobaan
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan besarnya
kadar air yang terkandung dalam agregat dengan cara pengeringan. Kadar air
agregat yaitu perbandingan antara berat agregat dalam kondisi kering terhadap
berat semula yang dinyatakan dalam persen. Nilai kadar air ini digunakan untuk
koreksi takaran air untuk adukan beton yang disesuaikan dengan kondisi agregat
di lapangan.
Alat dan Bahan
Alat
·
Timbangan dengan ketelitian 0,1% dari
berat contoh.
·
Oven yang suhunya dapat diatur sampai
(110±5)˚C
·
Talam logam tahan karat berkapasitas
cukup besar bagi tempat pengeringan benda uji.
Bahan
Berat minimum contoh agregat dengan diameter
maksimum 5 mm adalah 0,5 kg.
Proses Percobaan
·
Talam ditimbang dan dicatat beratnya (W1)
·
Benda uji dimasukkan ke dalam talam,
kemudian berat talam + benda uji ditimbang dan dicatat beratnya (W2)
·
Berat benda uji dihitung dengan
persamaan W3 = W2 - W1
·
Contoh benda uji dikeringkan bersama
talam dalam oven pada suhu (110±5)˚C hingga beratnya tetap
·
Setelah kering contoh ditimbang dan
dicatat berat benda uji beserta talam (W4)
6. Berat
benda uji kering dihitung dengan persamaan W5 = W4 – W1
Gambar:
uji SSD agregat halus
|
Gambar
: pengondisian SSD agregat kasar
|
Gambar
: agregat halus dan agregat kasar yang diuji kadar airnya
Tabel 1 Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus
Observasi I
|
|
A. Berat wadah
|
160 gram
|
B. Berat wadah + benda uji
|
1643 gram
|
C. Berat benda uji (B-A)
|
1475 gram
|
D. Berat benda uji
|
1315 gram
|
Kadar air
|
12,167 %
|
Observasi II
|
|
A. Berat wadah
|
148 gram
|
B. Berat wadah + benda uji
|
1280 gram
|
C. Berat benda uji (B-A)
|
1132 gram
|
D. Berat benda uji
|
1020 gram
|
Kadar air
|
10,98 %
|
Kadar air rata-rata
|
11,5735%
|
Tabel 2 Pemeriksaan Kadar Air Agregat Kasar
Observasi I
|
|
A. Berat wadah
|
149 gram
|
B. Berat wadah + benda uji
|
2267 gram
|
C. Berat benda uji (B-A)
|
2118 gram
|
D. Berat benda uji
|
1972 gram
|
Kadar air
|
7,40%
|
Observasi II
|
|
A. Berat wadah
|
161 gram
|
B. Berat wadah + benda uji
|
1242 gram
|
C. Berat benda uji (B-A)
|
1081 gram
|
D. Berat benda uji
|
1019 gram
|
Kadar air
|
6,08%
|
Kadar air rata-rata
|
6,74%
|
Analisis Data
Dari percobaan yang telah dilakukan, didapat bahwa
kadar air agregat halus yaitu sebesar 11,5735% sedangkan kadar air agregat
kasar yaitu sebesar 6,74%. Dari data tersebut didapatkan bahwa kadar air
agregat halus lebih tinggi daripada kadar air agregat kasar. Hal ini dapat
disebabkan karena kadar air awal agregat. Kedua agregat (baik agregat halus
maupun kasar) yang dipakai dalam pengujian ini berada dalam kondisi SSD
(saturated surface dry). Kemungkinan agregat kasar yang permukaannya
dikeringkan secara manual lebih kering daripada agregat halus yang perkiraan
kondisi SSD-nya menggunakan metode kerucut. Karena hal tersebut, kadar air awal
agregat halus sudah lebih besar daripada kadar air awal agregat kasar.
6. Berat Jenis dan
Penyerapan Agregat
l
Agregat Halus
Referensi
·
ASTM
C128 – Specific Gravity and Absorption of Fine Aggregate
·
SNI
03 – 1970 – 1990 – Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat
Halus
Tujuan
Untuk menentukan nilai specific gravity &
penyerapan agregat halus yang nilainya dapat mencari nilai bulk specific
gravity, bulk specific gravity SSD, atau apparent specific
gravity.
Alat
·
Timbangan
dengan ketelitian 0.1 gram atau kurang
yang mempunyai kapasitas minimum sebesar 1000 gram atau lebih
·
Piknometer
dengan kapasitas 500 gram
·
Cetakan
kerucut pasir
·
Tongkat
pemadat dari logam untuk cetakan kerucut pasir
Benda
Uji
Berat contoh agregat halus disiapkan sebanyak 1000
gram. Contoh diperoleh dari bahann yang diproses melalui alat pemisah atau
perempatan
Prosedur
·
Agregat halus yang jenuh air dikeringkan sampai diperoleh kondisi kering
dengan indikasi contoh tercurah dengan baik.
·
Sebagian dari contoh dimasukkan ke dalam cetakan kerucut pasir (metal sand
cone mold). Benda uji lalu dipadatkan dengan tongkat pemadat (tamper) dengan
jumlah tumbukan sebanyak 25 kali setiap satu dari tiga bagian yang terisi.
Kondisi SSD diperoleh ketika butir-butir pasir longsor/runtuh ketika cetakan
tersebut diangkat.
·
Contoh agregat halus sebesar 500 gram dimasukkan ke dalam piknometer.
Kemudian piknometer diisi dengan air sampai 90% penuh. Bebaskan
gelembung-gelembung udara dengan cara menggoyang- goyangkan piknometer.
Rendamlah piknometer dengan suhu air 73,43o F selama 24 jam. Timbang berat
piknometer yang berisi contoh dengan air.
·
Pisahkan benda uji dari piknometer dan keringkan pada suhu 213,13o F.
Langkah ini harus diselesaikan dalam waktu 24 jam.
·
Timbanglah berat piknometer yang berisi air sesuai dengan kapasitas
kalibrasi pada temperatur 73,43o F
dengan ketelitian 0,1 gram.
Hasil Pengamatan
l
Agregat Kasar
Referensi
·
ASTM
C128 – Specific Gravity and Absorption of Fine Aggregate
·
SNI
03 – 1969 – 1990 – Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar
Tujuan
Untuk menentukan nilai specific gravity &
penyerapan agregat kasar yang nilainya dapat mencari nilai bulk specific
gravity, bulk specific gravity SSD, atau apparent specific
gravity.
Alat
·
Timbangan
dengan ketelitian 0.5 gram yang mempunyai kapasitas 5 kg
·
Keranjang
besi diameter 203.2 mm (8”) dan tinggi 63.5 mm (2.5”)
·
Alat
penggantung keranjang
·
Handuk
atau kain pel
Benda
Uji
Sebelas liter (sekitar 3 kg) agregat dalam keadaan
SSD, yang didapat dari cara pengambilan sample dengan alat pemisah atau cara
perempatan. Untuk agregat lewat saringan No 4 tidak diperkenankan sebagai benda
uji.
Prosedur
·
Benda uji direndam selama 24 jam.
·
Benda uji digulung dengan handuk, sehingga air
permukaan habis, tetapi harus masih tampak lembab (kondisi SSD) , kemudian timbang
benda uji.
·
Benda uji dimasukkan kedalam keranjang dan rendam
kembali kedalam air. Temperatur air (73,4± 3) 0F dan kemudian timbang
kembali. Sebelum menimbang, conatainer diisi dengan benda uji, lalu digoyang –
goyangkan didalam air untuk melepaskan udara yang terperangkap.
·
Keringkan benda uji pada temperatur (212 ± 130) 0F,
kemudian didinginkan dan ditimbang.
Hasil
Pengamatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar