Hello
Bloggers setia.. Saya Michael Agung Sanjaya Siagian (15515003). Sekarang saya
sedang duduk di bangku perkuliahan dengan jurusan Teknik Kelautan Institut
Teknologi Bandung. Postingan berikut ini adalah bagian dari salah satu mata
kuliah teknik kelautan yang sedang saya ambil sekarang yaitu “Bahan Bangunan
Laut” dengan dosen yang mengajar ialah Alamsyah Kurniawan.
Untuk
postingan kali ini, saya memposting mengenai Dasar Teknologi Baja sebagai salah
satu material yang pemakaiannya dalam main project suatu proyek sangat banyak
penggunaannya dan juga di mana saja.
Check it
out...
A. RANGKAIAN
PROSES PEMBUATAN BAJA
Bijih Besi
Bumi
memiliki banyak mineral besi (bijih besi). Bijih besi pada umumnya adalah besi
oksida hematit (Fe2O3), magnetit (Fe3O4),
limonit (Fe2O3.xH2O).
Hematit
adalah bijih besi yang paling banyak dimanfaatkan karena kadar besinya tinggi,
mencapai 66%, dan kadar kotorannya relatif rendah.
Pada tahap
selanjutnya hematit ini akan dimasukkan ke dalam blast furnace, yaitu tungku besar yang berfungsi melebur biji besi
pada tahap awal.
Prinsip
reduksi untuk mengubah bijih besi menjadi besi adalah :
2C + O2 --> 2CO
Fe2O4, Fe3O4+
CO --> Fe + CO2
Secara
tradisionil, bahan baku untuk menghasilkan gas reduktor karbon monoksida (CO) adalah
arang atau batubara. Dewasa ini, sekitar 80 % baja dihasilkan dengan melewati
jalur tanur tinggi (blast furnace),
sedangkan 20 % sisanya melalui jalur reduksi langsung (direct reduction).
a. Jalur
reduksi langsung
Proses reduksi langsung dapat menggunakan reduktor yang
berasal dari gas alam. proses ini banyak digunakan di perusahaan seperti PT
krakatau steel
·
Bahan
baku : pelet bijih besi dan gas alam
·
Cara
kerja :gas alam (CH4- metana) yang dipanaskan sampai suhu 9000oC
direaksikan dengan air (H2O) dengan katalis ni akan berubah menjadi
gas H2 dan CO. Keduanya merupakan gas reduktor yang akan mengikat
dan mengambil oksigen dari bijih besi :
Fe2O4, Fe3O4(s)
+ CO(g) + H2(g) => Fe(s) + CO2(g)
+ H2O(g)
Dengan
demikian pellet iron ore berubah
menjadi besi spons, tetap dalam keadaan padat berbentuk butiran (pellet). Besi spons memiliki kadar
karbon yang terlalu tinggi (untuk baja) dan unsur pengotor. Selanjutnya besi
spons (ditambah bahan baku lainnya : oksigen, batu kapur, dan unsur paduan)
dilebur di tungku busur listrik atau e.a.f (electric
arc furnace) menjadi baja cair. Baja cair dituang dengan proses pengecoran
kontinu menjadi billet dan slab.
b. Jalur Blast Furnace
Teknologi blast furnace atau hoogoven atau tanur tinggi saat
ini adalah hasil perkembangan sejak abad 14. teknologinya sudah matang,
produktivitasnya sangat tinggi
Hematit akan
dimasukkan ke dalam blast furnace,
disertai dengan beberapa bahan lainnya
seperti
kokas (coke), batukapur (limestone), dan udara panas. Bahan baku
yang terdiri dari campuran biji besi, kokas, dan batu kapur, dinaikkan kepuncak
blast furnace yang tingginya bisa
mencapai 60 meter.
Setelah
bahan-bahan dimasukkan kedalam blast furnace, lalu udara panas dialirkan dari
dasar tungku dan menyebabkan kokas terbakar sehingga nantinya akan membentuk
karbonmonoksida (CO) . Reaksi reduksi pun terjadi, yaitu sebagai berikut :
Fe2O3+ 3CO →
2Fe + 3CO2
Maka di dapatlah besi (Fe) yang kita inginkan. Namun besi tersebut masih mengandung karbon yang cukup banyak yaitu 3 % – 4,5 %, padahal besi yang paling banyak digunakan saat ini adalah yang berkadar karbon kurang dari 1 % saja. besi yang mengandung karbon dengan kadar > 4% biasa disebut pig iron.
Batu kapur
digunakan sebagai fluks yang mengikat kotoran-kotoran yang terdapat dalam bijih
besi perlu diperhatikan bahwa bijih besi yang akan dimasukkan kedalam blast furnace haruslah digumpalkan
terlebih dahulu. Hal tersebut berguna agar aliran udara panas bisa dengan mudah
bergerak melewati celan-celah biji besi dan tentunya akan mempercepat proses
reduksi.
Bahan baku :
bijih besi, kokas, batu kapur, udara
Pembakaran
kokas mempunyai dua fungsi:menghasilkan panas. Pembakaran tidak sempurna
menghasilkan gas karbon monoksida sebagai reduktor.
batu kapur
berfungsi untuk mengikat kotoran pada besi cair menjadi terak (slag) yang
terapung diatas besi kasar cair.
·
Hasil
blast furnace:
Besi Kasar Cair (molten iron)
Besi kasar segera dikirim dan dimasukkan ke conveter di
b.o.f. (basic oxygen furnance) atau bos (basic oxygen steelmaking).
·
Konversi
Besi ke Baja
Kedalam bof
dimasukkan : besi kasar cair baja bekas (steel
scrap) oksigen batu kapur
Unsur-unsur
paduan: Fe-Mn, Fe-Si, Fe-Cr, Fe-Ni, dst.
Penambahan
oksigen (dengan oxygen lance) adalah untuk mengurangi kadar karbon hingga mencapai yang dikehendaki. Batu
kapur mengikat kotoran menjadi terak.
Sesudah
komposisi kimia tepat seperti yang diminta (sample diperiksa dengan
spektrometer), baja cair dipindahkan ke ladle.
Kegiatan
Utama Dalam BOF
EAF hanya
memakai cold scrap metal. Proses utk membuat bajamutu tinggi
Proses EAF
Ekstra Treatment sesuai mutu baja yang diinginkan
Bisa
ditambah argon (Ar), injeksi powder
atau wire, vacuum atau pemanasan tambahan
Mengurangi
kadar hydrogen (H) dan sulfur (S).
Penuangan
baja cair dapat dilakukan dengan dua cara: dalam bentuk balok baja (ingot) menjadi slab atau billet dengan
proses continuous casting.
1. Fully
Killed
2. Semi
Killed
3. Semi
Killed + Bleeding
4. Capped (+
Rimmed)
5. Capped (+
Rimmed)
6. Rimmed
7. Rimmed
8. Rimmed
B. PROSES
PEMBUATAN PRODUK SETENGAH JADI
Proses
pembuatan produk setengah jadi :
·
Hot
rolling,
·
Cold
rolling,
·
Hot
forging,
·
Hot
tube fiercing,
·
Pembuatan
welded pipe (longitudinal & spiral) ingot, billet dan slab dirol panas (hot
rolling) menjadi
o
Flat
product: pelat
o
Long
product: baja profil, besi beton, dan batang kawat.
·
Ingot,
slab atau billet dipanaskan di tungku pemanas
·
Hot
rolling dilakukan bertahap
·
Pengerolan
baja profil
1. Hot Rolling
Ingot, slab atau billet dipanaskan di tungku pemanas. Hot rolling dilakukan bertahap.
Pengerolan
baja profil:
2. Cold Rolling
Dengan cold rolling bertahap pelat diubah menjadi
baja lembaran (sheet), dilanjutkan
dengan proses pemanasan / annealing untuk melunakkan dan diakhiri dengan temper rolling untuk “menyetrika”.
3. Hot Forging
Untuk
membuat komponen yang berukuran besar, misalnya poros turbin, digunakan proses
tempa panas.
PRODUK TUBULAR / HOLLOW
Tahap awal
pembuatan pipa seamless dilakukan dengan hot
tube piercing terhadap billet
yang dipanaskan salah satu varian-nya adalah proses mannesmann.
1. Hot Tube Piercing
Pengecilan diameter pipa berdinding tebal tersebut dilakukan
dengan proses hot tube rolling. Tebal
dindingnya juga akan berkurang. Untuk membuat pipa yang lebih kecil lagi
diameternya dipakai proses cold tube
drawing.
2. Pembuatan Welded Pipe
Welded pipe dapat dibuat dengan dua cara :
longitudinal welded pipe (erw pipe)
dan spiral welded pipe (dsaw pipe)
a. Logitudinal welded pipe
Bahan baku : pelat baja hasil hot rolling
Proses pembentukan dengan roll
forming bertahap
Pipa UO
Pipa
berdiameter lebih besar (d > 26”) dapat dibuat dengan proses u-o (pada
press) dan dilanjutkan
dengan pengelasan.
Gambar 2.8.
Completion in the O-ing press
b. Spiral welded pipe
Bahan baku
pelat baja hasil hot rolling dapat dibentuk menjadi pipa dengan alur spiral.
Dengan satu
lebar pelat dapat diperoleh pipa dengan berbagai diameter, tergantung pada
cetakan dan sudut pemasukan pelat. Pengelasan dilakukan dengan saw(submerged
arc welding) atau las busur terendam.
C. KLASIFIKASI & STANDARD
Jenis baja
dikelompokkan sbb:
·
Baja
Karbon (plain carbon steel)
low carbon steel : c
< 0,25%
medium carbon steel: c
= 0,25 = 0,5%
high carbon steel: c > 0,5%
o
Baja
paduan (alloy steel)
low alloy steel : e unsur-unsur paduan < 8%
high alloy steel: e unsur-unsur paduan > 8%
Standard
yang banyak dipakai dalam perdagangan / industri baja adalah:
aisi = american iron & steel institute
sae =
society of automotive engineers
asme = american society of mechanical engineers
astm = american society for testing and materials
din =
deutsche industrie normen
jis =
japanese industrial standard.
KLASIFIKASI
/ STANDARD BAJA DIBUAT MENURUT HAL BERIKUT:
1. Proses pembuatan / bentuk produk
Contoh: plate, sheet, forgings, wire, pipe, dst.
2. Kekuatan:
Contoh:
Din st.50 :tensile strength > 50 kgfnini2
Jis ss 41 : tensile strength > 41 kgf/mm2
Api 5l -65 x : yield strength > 65 ksi
3. Komposisi kimia:
Contoh:
Din 25crmo4
Jis s45c
Aisi/sae 4130
Aisi 304
4. Nomor standard tanpa pola tertentu:
Contoh:
astm a 106: seamless pipe
astm a 210: seamless tube for boiler and
superheater
standard aisi / sae membuat klasifikasi baja secara
komprehensif berdasarkan komposisi kimia:
pada dasarnya baja karbon dan baja. paduan rendah diberi kode
klasifikasi 4 digit.
digit ke 1 & 2 menyatakan kelompok / jenis paduan
digit ke 3 & 4 menyatakan kadar karbon nominal.
digit ke 3 & 4 menyatakan kadar karbon nominal.
Klasifikasi ASISI / SAE
designation
|
Types
|
10 xx
|
Nonresulphurized
|
11xx
|
Resulphurizedcarbonstellgrades
|
12xx
|
Rephosphorizedandresulphurizedcarbonsteelgrades
|
13xx
|
Manganese1.75percent
|
15xx
|
Manganeseover1.00to1.65
|
23xx
|
Nickel3.50percent
|
25xx
|
Nickel5.00percent
|
31xx
|
Nickel1.25percent–Chromium0.65percent
|
33xx
|
Nickel3.50percent–Chromium1.55percent
|
40xx
|
Molybdenum0.25percent
|
41xx
|
Chormium0.50or0.95percent–Molybdenum0.12or0.20percent
|
43xx
|
Nickel1.80percent-Chromium0.50to0.80percent-Molybdenum0.25percent.
|
44xx
|
Molybdenum0.40or0.53
|
46xx
|
Nickel1.55or1.80percent-Molybdenum0.20or0.25percent
|
47xx
|
Nickel1.05percent-Chromium0.45percent-Molybdenum0.20percent
|
48xx
|
Nickel3.50percent-Molybdenum0.25percent
|
50xx
|
Chromium0.28or0.40percent
|
51xx
|
Chromium0.80,0.90,0.95,1.00or1.05percent
|
5xxxx
|
Carbon1.00percent-Chromium0.50,1.00or1.45percent
|
61xx
|
Chromium0.80or0.95percent-Vanadium0.10percentor0.15percentmin
|
81xx
|
Nickel0.30-Chromium0.40-Molybdenum0.12
|
86xx
|
Nickel0.55percent-Chromium0.50or0.65percent-Molybdenum0.20percent
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar